Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir (Neonatal) dan Sistem Pelayanan Kesehatan

Di Indonesia, program kesehatan bayi baru lahir tercakup di dalam program kesehatan ibu. Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer, target dari dampak kesehatan untuk bayi baru lahir adalah menurunkan angka kematian neonatal dari 25 per 1000 KH (tahun 1997) menjadi 15 per 1000 KH. Sehubungan dengan tersedianya data studi mortalitas SKRT 2001, beberapa informasi mengenai kematian bayi baru lahir (neonatal) dapat dipertimbangkan sebagai informasi untuk kegiatan-kegiatan program dalam menurunkan kesakitan dan kematian bayi baru lahir di Indonesia.

Rancangan penelitian adalah cross-sectional dari data mortalitas SKRT 2001 yang berintegrasi dengan Susenas 2001. Rancangan sampel dari Susenas 2001 dipakai sebagai rancangan sampel studi mortalitas SKRT 2001. Sampling Susenas 2001 berdasarkan prosedur PPS (Probability Proportional to Size) selection dari blok sensus terpilih. Untuk setiap blok sensus terpilih diambil secara systematic random sampling sebesar 16 rumah tangga. Jumlah rumah tangga terpilih adalah sebesar 211.168 rumah tangga dengan 3677 kasus kematian.

Sampel adalah semua data mortalitas yang memenuhi syarat penelitian yaitu: kasus kematian bayi berumur 0-28 hari yang terjadi pada tahun 2000, telah diidentifikasi secara lengkap oleh dokter pewawancara dengan teknik autopsi verbal, dan merupakan underlying cause of death yang diklasifikasikan menurut International Classification of Diseases 10 (ICD-10).

Dari hasil SKRT 2001, kematian neonatal adalah 180 kasus. Kasus lahir mati berjumlah 115 kasus. Jumlah seluruh kematian bayi adalah 466 kasus. Distribusi kematian neonatal sebagian besar di wilayah Jawa Bali (66,7%) dan di daerah pedesaan (58,6%). Menurut umur kematian, 79,4% dari kematian neonatal terjadi sampai dengan usia 7 hari, dan 20,6% terjadi pada usia 8-28 hari.

Proporsi kematian neonatal sebesar 39% dari seluruh kematian bayi (N=466). Rasio kematian postneonatal dan neonatal adalah 1,58. Rasio tersebut sama nilainya dengan rasio hasil SKRT 1995. Pola ini tidak lazim seperti umumnya di negara berkembang pada kondisi tahun 1999, dimana dua per tiga dari kematian bayi terjadi pada masa neonatal. Kemungkinan kejadian kematian bayi pada usia terlalu dini cenderung dilupakan perlu dipertimbangkan sebagai salah satu sebab rendahnya pelaporan kasus kematian. Rasio kematian postneonatal dan neonatal sangat dipengaruhi oleh keberhasilan program imunisasi dan manajemen penanggulangan bayi sakit. Apabila pencapaian program berhasil, maka proporsi kematian postneonatal akan menurun, sedangkan proporsi kematian neonatal akan meningkat.

Dari hasil studi mortalitas SKRT menunjukkan bahwa angka kematian bayi karena pnemonia dan diare masih cukup tinggi. Menurut karakteristik perawatan ibu ketika hamil dan bersalin, perawatan antenatal yang diterima ketika bayi masih dalam kandungan, sebagian besar dari neonatal yang meninggal mendapatkan pemeriksaan 4 kali atau lebih (60,8%), pada usia kandungan trimester pertama telah diperiksa (64,6%) dan mendapatkan perlindungan terhadap tetanus secara lengkap (53%). Kehadiran tenaga kesehatan pada saat melahirkan berkaitan dengan penurunan kematian maternal dan perinatal 3, penolong persalinan oleh nakes 57 persen, dukun sebesar 40 persen. Sebagian besar kematian neonatal dilahirkan di rumah yaitu 54,2 persen dan melalui proses persalinan secara normal sebesar 88,9 persen. Delapan persen bayi yang dilahirkan melalui bedah Caesar meninggal pada masa neonatal.

Menurut karakteristik kesehatan ibu sebelum dan ketika hamil, kematian neonatal banyak terjadi pada kelompok umur 20-39 tahun, pada anak pertama, dan pada ibu dengan paritas 3 ke atas. Banyak studi menunjukkan bahwa kehamilan ke dua dan ketiga adalah paling tidak menyulitkan, sedangkan komplikasi meningkat setelah anak ke tiga. Sebagian besar dari kematian neonatal ibunya tidak mengalami komplikasi ketika hamil. Di antara ibu yang mengalami gangguan kesehatan ketika hamil, kematian neonatal terjadi pada 7,5% ibu yang menderita anemi.

Dari hasil studi SKRT ibu yang menderita infeksi ketika hamil sebesar 4,6 persen. Ibu yang menderita infeksi ketika hamil dapat menyebabkan dampak yang besar terhadap ibu sendiri maupun janin dan bayi neonatal seperti cacat congenital (infeksi rubella), aborsi spontan atau fetal death (infeksi sifiliis), infeksi neonatal (gonorrhoea atau infeksi streptococcus group B), berat bayi lahir rendah (malaria).

Menurut karakteristik perawatan bayi baru lahir, hanya sekitar 26,7% bayi neonatal yang dibawa berobat. Pengobatan terbanyak ke rumah sakit 8,3%, sedangkan ke puskesmas 5,5%. Sekitar 6% bayi neonatal dibawa ke pengobat tradisional. Sebagian besar bayi neonatal meninggal di rumah yaitu 54,2%. Di antara yang meninggal di fasilitas kesehatan, 38,5% meninggal di rumah sakit dan 1,1% meninggal di puskesmas/poliklinik.

Pola penyakit penyebab kematian menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian neonatal kelompok umur 0-7 hari tertinggi adalah premature dan berat badan lahir rendah/LBW (35%), kemudian asfiksia lahir (33,6%). Penyakit penyebab kematian neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1% (termasuk tetanus, sepsis, pnemonia, diare), kemudian feeding problem (14,3%).

Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kematian perinatal dan neonatal. Berat badan lahir rendah (BBLR) dibedakan dalam 2 katagori yaitu: BBLR karena premature (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat kurang untuk usianya. Banyak BBLR di negara berkembang dengan IUGR sebagai akibat ibu dengan status gizi buruk, anemi, malaria, dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau ketika hamil, namun dari hasil survei proporsi kematian BBLR dengan IUGR hanya 1,4%.

Infeksi sebagai penyebab kematian neonatal masih banyak dijumpai. Infeksi ini termasuk tetanus neonatorum, sepsis, pnemoni. Masih sekitar 12 negara dengan estimasi kasus neonatal tetanus yang tinggi termasuk di Indonesia. Proporsi kematian karena tetanus neonatorum hasil survei menunjukkan tertinggi di antara penyakit infeksi (9,5%). Case fatality rate tetanus sangat tinggi. Pengobatannya sulit, namun pencegahan (imunisasi TT ibu hamil) merupakan kunci untuk menurunkan kematian ini, selain persalinan bersih dan perawatan tali pusat yang tepat.

Cacat lahir merupakan salah satu penyebab kematian neonatal yang penting di negara berkembang, diperkirakan sekitar 10 persen. Dari hasil survei dijumpai sebesar 7,3 persen kematian akibat cacat lahir.

Dari gambaran penyakit penyebab kematian neonatal di Indonesia, dan permasalahan kesehatan neonatal yang kompleks dimana dipengaruhi oleh faktor medis, sosial dan budaya (sama dengan permasalahan kesehatan maternal) maka:
1. Bidan di desa atau petugas kesehatan harus mampu melakukan:
· perawatan terhadap bayi neonatal,
· promosi perawatan bayi neonatal kepada ibunya, serta
· pertolongan pertama bayi neonatal yang mengalami gangguan atau sakit.

2. Kepala Puskesmas dan jajarannya mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan:
· Deteksi dan penanganan bayi neonatal sakit
· Persalinan yang ditolong/didampingi oleh tenaga kesehatan
· Pembinaan bidan di desa dan pondok bersalin di desa
· PONED dengan baik dan lengkap (obat, infus, alat-alat emergensi)
· Organisasi transportasi untuk kasus rujukan

3. Kepala Dinkes Dati II dan atau RS Dati II dan jajarannya mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan:
· Fungsi RS Dati II sebagai PONEK 24 jam
· Sistem yang tertata sehingga memberi kesempatan kepada keluarga bayi neonatal dari golongan tidak mampu untuk mendapatkan pelayanan standar, termasuk pertolongan gawat darurat di RS Dati II dengan biaya terjangkau
· Pelayanan berkualitas yang berkesinambungan
· Pembinaan teknis profesi kebidanan untuk bidan yang bekerja Puskesmas/desa melalui pelatihan, penyegaran pengetahuan dan keterampilan, penanganan kasus rujukan.

4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan neonatal emergency care di Puskesmas dan RS Dati II.

Tinggalkan komentar

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed